Entri yang Diunggulkan

  Operasi pada Confine Spaces ( ruang sempit) Seiring kemajuan jaman, Dinas Pemadam Kebakaran sebagai institusi dituntut untuk memberikan ...

Tuesday, December 22, 2020

 

Operasi pada Confine Spaces (ruang sempit)

Seiring kemajuan jaman, Dinas Pemadam Kebakaran sebagai institusi dituntut untuk memberikan pelayanan yang bukan hanya bidang kebakaran seperti: Pencegahan, Pemadaman dan sejenisnya. Namun seperti di negara-negara maju, pemadam kebakaran juga dituntut untuk memberikan pertolongan  dan  penyelamatan misalnya : orang tenggelam, kecelakaan lalu lintas, penyelamatan pada ketinggian, orang terperosok di lubang, orang terjebak di gorong-gorong dan lain-lain.

Dengan semakin pesatnya pembangunan maka akan banyak pula proyek-proyek pengerjaan infrasruktur , dan infatruktur yang banyak di jumpai di perkotaan dan industri diantaranya adalah pembuatan gorong-gorong, tangki dan lain-lain.

Di Amerika, sedikitnya 63 pekerja meninggal dunia dan 5000 orang mengalami cedera serius  setiap tahunnya,  mereka yang bekerja pada Confine Spaces (ruang sempit), dan ironisnya yang menjadi korban  termasuk para penyelamat di dalamnya.  Oleh sebab itu kami mencoba untuk menulis  bagaimana cara dan teknik penyelamatan di ruang sempit (Confine Spaces), untuk paling tidak mengurangi korban utamanya para penyelamat di pemadam kebakaran.

Karakteristik Ruang Sempit

Menurut standar OSHA (Occupational Safety and Health Administration)  Ruang Sempit untuk Industri diistilahkan "ruang tertutup" yaitu area kerja yang:

1.     Cukup besar dan dimana  tubuh seorang  karyawan  bisa masuk dan melakukan pekerjaan.

2.     Terbatas atau dibatasi sarana untuk masuk atau keluar.

3.     Tidak dirancang untuk sebagai hunian karyawan secara terus menerus

4.     Mengandung atau memiliki potensi berbahaya (pekerja maupun penyelamat)

5.     Memiliki konfigurasi seperti karyawan dapat terjebak atau sesak napas karena dalam  konvergen dinding, atau lantai yang miring ke bawah dan meruncing ke penampang yang lebih kecil (terperosok).

6.     Membahayakan keselamatan atau kesehatan.

dan sering ditemukan dalam berbagai pekerjaan, banyak  terletak di bawah tanah, namun ada pula yang ditemukan di atas tanah, di dalam gedung, di jalan, kereta api, dan bahkan di air.

Dari keterangan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa definisi ruang sempit adalah :  Sebuah ruang Terbatas/sempit yang cukup besar yang seorang karyawan dapat masuk dan melakukan pekerjaan yang ditugaskan namun memiliki keterbatasan atau dibatasi sarana untuk masuk atau keluar tetapi tidak dirancang untuk hunian karyawan terus menerus.

 contoh: tank, lubang , terowongan, kubah,  boiler, selokan , shaft, saluran ventilasi dan ruang merangkak .

Menurut Valcount dan Gatland (1992), OSHA memperkirakan bahwa lebih dari 2 juta karyawan bekerja memasuki ruang sempit diatas setiap tahunnya. Dan sekitar 50.000 mengalami kedaruratan serta 63 kematian akibat insiden ruang sempit saat melakukan pekerjaan.

Oleh sebab itu seorang petugas pemadam harus mampu dan terampil dalam penyelamatan di ruang sempit agar terhindar dari kecelakaan dalam penyelamatan. Seorang petugas pemadam juga harus mengenal apasaja bahaya-bahaya yang ada di dalam ruang sempit.

 bahaya terbesar di ruang sempit adalah atmosfer. Atmosfer berbahaya dapat dibagi menjadi tiga kategori:

1.     asphyxiating,

2.     mudah terbakar,

3.     dan beracun.

 

1.     asphyxiating Atmosfer

Istilah "asphyxiating " adalah dimana kadar oksigen kurang dari 19,5 persen oksigen (normalnya 21 %). Di bawah konsentrasi ini fungsi pernafasan seseorang tidak dapat dikompromikan.

 Efek Potensi kekurangan oksigen

Oksigen  

Dalam persen dan volume

Efek dan gejala

Dalam tekanan atmosfir

19,5

 

 

15 sampai 19

 

 

 

 

12 sampai 14

 

 

 

10 sampai 12

 

 

 

8 sampai 10

 

 

6 sampai 8

 

 

 

4 sampai 6

 

 

tingkat oksigen yang diijinkan minimum OSHA

 

Penurunan kemampuan untuk bekerja keras; mungkin

merusak koordinasi dan dapat menyebabkan gejala awal koroner paru

 

Respirasi meningkat dengan tenaga; mengalami peningkatan denyut nadi, gangguan koordinasi persepsi pertimbangan

 

Respirasi kenaikan lebih lanjut dalam tingkat dan kedalaman, penilaian buruk, bibir biru

 

 

kegagalan Mental,  pingsan, ketidaksadaran, wajah kelabu., bibir biru, mual dan muntah

 

Delapan menit 100 persen yang fatal; enam menit 50 persen yang fatal, 4-5 menit recovery

dengan pengobatan

 

koma dalam 40 detik, kejang, penghentian

respirasi dan kematian

 

                              

Banyak sekali anggota pemadam kebakaran harus meregang nyawa saat akan menyelamatkan korban dalam ruang sempit karena  asphyxiating,

Dalam  sejarah kasus ini, pemantauan suasana sebelum masuk area bisa mencegah kematian dari 5 orang, termasuk satu penyelamat terlatih. Pemantauan suasana sebelum masuk ke ruang tertutup adalah prosedur keselamatan wajib.

2.     Atmosfer yang mudah terbakar dan Explosive

Suasana yang dapat menimbulkan kebakaran yang serius atau bahaya ledakan jika gas yang mudah terbakar atau uap ada pada konsentrasi yang lebih besar dari 10% dari batas yang mudah terbakar bawa nya (LFL) atau jika debu yang mudah terbakar hadir pada konsentrasi yang mengaburkan penglihatan pada jarak 5 meter atau kurang.

Suasana yang mudah terbakar juga bisa timbul dari oksigen yang diperkaya atmosfer. Atmosfer yang kaya oksigen didefinisikan sebagai atmosfer yang mengandung lebih dari 23,5 persen oksigen.

insiden yang melibatkan kegagalan untuk memantau potensi bahan mudah terbakar dan juga racun dalam kategori ketiga atmosfer berbahaya, dapat digunakan istilah "suasana beracun" untuk mengacu pada setiap suasana yang mengandung gas, uap, atau asap yang diketahui memiliki efek fisiologis beracun. Gas beracun yang paling sering ditemui adalah karbon monoksida (CO) dan hidrogen sulfida (H2S). Menurut NIOSH (National Institute of Safety & Health) tahun 1994, hal. 192  tiga petugas pemadam kebakaran  meninggal dalam sumur setelah terkena karbon monoksida dari knalpot dari mesin pompa bertenaga bensin portable. Insiden ini terjadi setelah empat petugas pemadam kebakaran melakukan penyelamatan dari warga setempat untuk memindahkan sisa-sisa hewan yang mati dari air sumur 12 Meter. Para pemadam kebakaran memutuskan untuk memompa air keluar dari sumur. Satu pemadam kebakaran naik turun ke dalam sumur dengan tangga aluminium dan membangun sebuah platform kayu di tingkat 15 kaki. Seorang petugas pemadam kebakaran kedua naik ke dalam sumur untuk membantu posisi  pompa bensin bertenaga mesin seperti yang diturunkan ke platform. Dalam beberapa menit pemadam kebakaran pertama menjadi pusing lalu keluar sumur.  pemadam kebakaran kedua tetap dalam sumur dan tidak sadarkan diri. Dalam beberapa menit beberapa pemadam kebakaran  lainnya menanggapi panggilan darurat radio tiba di lokasi. Selama 3 jam berikutnya, delapan petugas pemadam kebakaran  memasuki sumur dalam upaya penyelamatan. Hanya dua dari pemadam kebakaran menyelamatkan mengenakan SCBA, pemadam kebakaran pertama berhasil diselamatkan dan dihidupkan kembali. pemadam kebakaran kedua dan dua petugas pemadam kebakaran lainnya mencoba menyelamatkan namun meninggal dunia di dalam sumur.

Para peneliti NIOSH menyimpulkan bahwa, untuk mencegah kejadian serupa, pemadam kebakaran harus mengembangkan prosedur operasi standar untuk operasi ruang tertutup (NIOSH, 1990). Juga dianjurkan adalah pengembangan program keselamatan umum dan wajib menggunakan alat pelindung pernapasan ketika beroperasi di daerah-daerah di mana bahaya pernafasan terjadi. Untuk memastikan pemadam kebakaran yang siap dan aman melakukan tugas penyelamatan , para peneliti juga menekankan perlunya pelatihan rutin secara tim pada  ruang tertutup.

Efek Potensi Karbon Monoksida Exposure

Bagian per juta 

Efek dan Gejala

Waktu

50

200

 400

600

1.000 hingga 2.000

1.000 sampai 2.000

1.000 sampai 2.000

2.000 sampai 2.500

4.000

tingkat pemaparan yang diijinkan

Sedikit sakit kepala, rasa tidak nyaman

Sakit kepala, rasa tidak nyaman

Sakit kepala, rasa tidak nyaman

Kebingungan, sakit kepala, mual

Kecenderungan untuk sempoyongan

palpitasi Sedikit pada jantung  

sadar

Fatal

 

8 jam

3 jam

2 jam

1 jam

2 jam

1 ½ jam

30 menit

30 menit

Kurang dari 1 jam

 

 

Efek Potensi Hidrogen Sulfida Exposure

Bagian per juta

Efek dan Gejala

Waktu

10

50 sampai 100

200 sampai 300

500 sampai 700

1.000

 (tingkat pemaparan yang diijinkan)

Ditandai iritasi mata ringan dan pernafasan ringan

Ditandai iritasi mata dan iritasi perafasan

Tidak sadar, kematian

Tidak sadar; Kematian

 

 

8 jam

1 jam

1 jam

1½ sampai 1 jam

Dalam beberapa menit

 

 

 

 

 

Bahaya fisik

kategori bahaya fisik ruang sempit seperti yang terkait dengan

1.     Terbatasnya untuk masuk dan keluar.

2.     Ukuran terbatas masuk dan keluar.

3.     Ukuran terbatas, ruang terbatas itu sendiri.

4.     Benda tajam;  

5.     Permukaan/jalan tidak teratur, kotor dan  licin,

6.     Yang tersimpan biasanya padatan mengalir (pasir, biji-bijian, kerikil, dll).

 

Sumber energi juga bahaya yang serius dalam ruang tertutup pada penyelamatan, energi khususnya listrik. Tersengat listrik  dapat menyebabkan kematian dan ini bisa dicegah dengan mengambil tindakan mengunci sumber listrik sebelum memasuki ruang (menurunkan listrik/MCB).

 

Bahaya binatang buas

Dalam ruang sempit yang tempatnya lembab sering kali dijumpai  binatang-binatang buas yang bersarang disana, walau binatang buas yang ada tidak besar namun sering kali gigitannya dapat mematikan manusia yang masuk kedalam ruang sempit, misalnya: ular, kalajengking, laba-laba dan lain-lain, oleh sebab itu para penyelamat juga harus mewaspadai binatang-binatang ini dengan mengantisipasi agar tidak terkena gigitannya.

 

Untuk keamanan dalam pekerjaan ruang sempit/terbatas maka setiap perusahaan yang memberi kewenangan karyawan yang akan melakukan pekerjaan dengan  masuk kedalam ruang sempit/terbatas harus mendapat  izin tertulis dari perusahaan.

Izin tertulis yang mendokumentasikan sesuai dengan bagian dan kewenangan masuk ke ruang terbatas harus mengidentifikasi:

1.     Ruang mana yang akan dikerjakan (dimasukan).

2.     Tujuan masuk.

3.     Tanggal dan durasi resmi dari izin masuk.    

4.     karyawan yang telah mampu masuk ke dalam ruang terbatas, dengan nama atau pekerjaannya maka akan memungkinkan perusahaan/pengawas untuk menentukan dengan cepat dan akurat, selama izin, pengawas dapat memonitor perkembangan secara kontinyu

5.     personil dengan nama dan pembantu

6.     isi suratnya, permohonan izin masuk ke ruang terbatas/sempit

7.     memperhatikan langkah-langkah yang digunakan untuk mengisolasi ruang izin dan menghilangkan atau mengendalikan bahaya sebelum masuk;

a)     Kondisi ruang terbatas/sempit untuk masuk dapat dikatakan aman

b)    Memakai Alat Pelindung diri masuk keruang terbatas (helm, jacket, sepatu safety, sarung tangan, detector gas, alat penerangan, SCBA, DSU, peralatan ventilasi, tangga, alat komunikasi dan lain-lain

c)     Dengan melihat acuan hasil tes awal dan periodik, disertai dengan nama atau inisial tester dan dengan indikasi ketika tes dilakukan;

d)    Mempunyai nomer telpon tim penyelamatan dan darurat yang dapat dipanggil sewaktu-waktu.

e)     Menjaga komunikasi antara petugas, pembantu, pengawas dan tim penyelamat.

f)     Peralatan, seperti alat pelindung, peralatan pengujian, peralatan komunikasi, sistem alarm, dan peralatan penyelamatan dalam keadaan siap pakai.

g)    Informasi lain sangat  diperlukan, mengingat kondisi ruang terbatas berbeda-beda, dalam rangka untuk memastikan keselamatan petugas/pekerja.

h)    Setiap izin tambahan, seperti ijin kerja lembur, menambah jarak pekerjaan dan lain-lain diluar jadwal harus diketahui pengawas dan perusahaan.

i)      Yang tidak kalah penting dari itu semua adalah pekerja yang masuk dalam ruang terbatas/sempit harus terlatih dan bersertifikat. 

Namun itu semua tidak membuat seorang pekerja dapat aman begitu saja, kecelakaan bisa saja terjadi, baik karena kesalahan prosedur, human error atau pengawasan yang tidak baik.

Petugas Pemadam Kebakaran sebagai institusi yang ditunjuk dalam hal penyelamatan harus siap dengan segala konsukwensinya baik itu petugas, peralatan dan lain-lain.

 

Operasi Penyelamatan pada Ruang Terbatas

Sebuah tinjauan standar yang dibahas di atas menunjukkan bahwa operasi penyelamatan  untuk keadaan darurat ruang terbatas/sempit sangat penting untuk operasi yang aman dan efektif. Operasi penyelamatan  harus berjalan sesuai prosedur untuk identifikasi bahaya, pengujian dan evaluasi, prosedur masuk, ventilasi, alat bantu pernapasan, peralatan pelindung, dan penyelamatan serta sistem pemindahan (bukan hanya bagi korban, tetapi juga untuk penyelamat ). Dengan pemikiran ini penulis mencoba menggabungkan beberapaa literatur atau mencari sumber-sumber yang akan menyediakan format atau dokumen sampel prosedur penyelamatan.

Cakupan: Bagian ini mendefinisikan subjek atau topik yang akan dibahas oleh standar dan mengidentifikasi anggota penyelamat.

Tujuan: Bagian ini menyediakan sasaran yang akan di tuju.

Umum: Bagian ini mungkin berisi pernyataan  yang mencakup informasi latar belakang tentang topik ini.

Pernyataan Kebijakan dan Prosedur atau Pedoman yang akan Diikuti: Bagian ini mengidentifikasi tugas-tugas yang harus dilakukan, menentukan siapa yang harus melakukan tugas-tugas tertentu dan daftar urutan tugas harus dilakukan. Lebih dari satu bagian mungkin diperlukan untuk mengatasi topik yang kompleks. Misalnya, prosedur pemakaian Alat Pelindung Diri (APD).

Tanggung Jawab: Bagian ini memberikan tanggung jawab kepada individu dan kelompok tertentu untuk mematuhi ketentuan standar dan menetapkan mekanisme untuk memegang anggota bertanggung jawab untuk mematuhi prosedur penyelamatan.

Peralatan yang dibutuhkan untuk Ruang Terbatas Penyelamatan Operasi

Peralatan penyelamatan khusus akan bervariasi sesuai dengan medan, ruang dan bahaya ditempat operasi penyelamatan. Persyaratan yang terbaik untuk operasi penyelamatan adalah berbasis kinerja, membutuhkan pimpinan (Incident Commander) yang paham dan mengerti peralatan untuk memberikan penyelamat dengan peralatan yang perlu untuk menanggapi insiden ruang tertutup.

Meskipun persyaratan peralatan penyelamatan mungkin berbeda dengan bahaya dan keadaan ruang terbatas, ada sejumlah potongan yang biasa diperlukan peralatan penyelamatan yang harus disertakan dalam setiap persediaan bagian penyelamatan. peralatan penyelamatan berikut ini diperlukan untuk operasi terbatas ruang penyelamatan:

• atmosfer monitor, peralatan ventilasi, alat pelindung diri, peralatan komunikasi, sistem pencarian, perangkat transportasi korban, peralatan pencahayaan, kontrol bahaya energy, peralatan penyelamatan elevasi, perangkat paxoginy pasien

Respon pada Waktu

Reaksi waktu :

  Waktu antara karyawan/petugas yang mengalami masalah dan memerlukan penyelamatan serta pengakuan pengawas keamanan bahwa karyawan memiliki masalah/harus segera ditolong.

Hubungan waktu :

  Waktu yang dibutuhkan oleh pengawas untuk menghubungi tim penyelamat.

Response waktu :

  Waktu yang dibutuhkan oleh tim penyelamat tiba di lokasi penyelamatan setelah kontak dengan pengawas di lapangan

Waktu penilaian :

  Waktu yang dibutuhkan oleh tim penyelamat untuk ukuran masalah dan menentukan strategi untuk melakukan penyelamatan yang efektif, efisien dan aman.

Persiapan waktu :

  Waktu yang dibutuhkan oleh tim penyelamat untuk mengatur selama penyelamatan.

Waktu penyelamatan :  

  Waktu yang dibutuhkan untuk tim untuk mencapai, mengevakuasi dan mengobati korban dari ruang sempit.

 

Sistem Komando pada ruang sempit

 

Sistim komando pada ruang sempit sangat penting dalam keberhasilan operasi penyelamatan, sehingga semua tugas dalam sistim penyelamatan diruang sempit sudah sesuai dengan keahlian dan ketrampilan masing-masing seperti yang dilakukan dalam setiap latihan.

 

Incident Commander

Sistim komando dikepalai oleh seorang Incident Commander (IC) yang sudah paham sekali dengan segala penyelamatan terlebih dengan ruang sempit, IC harus paham apa saja kondisi bahaya, APD yang dipakai, peralatan yang digunakan,  dan prosedur penyelamatan di ruang sempit.

Seorang Incident Commander bertanggung jawab dengan keselamatan hidup Tim penyelamat secara keseluruhan, oleh karena itu tanggung jawabnya di mulai ketika Tim penyelamat menerima laporan sampai Tim penyelamat selesai operasi penyelamatan (Mengevakuasi Korban sampai rumah sakit). IC harus mempunyai strategi penyelamatan dan alternatif setiap dinamika yang berkembang dalam penyelamatan, sehingga seorang IC harus mampu menganalisa strategi, yaitu berapa jumlah tim yang dibutuhkan, siapa saja yang masuk dalam tim penyelamatan, APD yang tepat digunakan, dan peralatan yang dibutuhkan.

Tugas Incident Commander secara rinci yaitu:

1.     Membuat penilaian dan evaluasi awal (Size-Up)

2.     Menetapkan tujuan dan sasaran dan pengembangannya (Strategi)

3.     Menentukan sumber daya (tim) termasuk tambahan jika diperlukan

4.     Membagi tugas-tugas (peran) pada tim

5.     Membangun pos komando (untuk mengontrol semua operasi penyelamatan)

6.     Membangun komunikasi yang baik kepada semua petugas

Safety Officer

Adalah orang yang bertanggung jawab dalam hal faktor keselamatan pada Tim, dengan memberikan saran-saran kepada IC baik itu  sebelum, ketika dan sesudah operasi penyelamatan, bahkan safety officer dapat menghentikan kegiatan penyelamatan dikarenakan operasi penyelamatan dapat membahayakan keselamatan pada tim dengan sebelumnya berkomunikasi dengan IC. Safety officer  bertanggung jawab pada semua Alat Pelindung Diri yang digunakan oleh tim terlebih lagi pada Rescuer, safety officer juga bertanggung jawab secara penuh  dengan petugas (Rescuer) yang masuk dan keluar dari dalam ruang sempit.

Petugas Logistik

Petugas ini bertanggung jawab untuk semua peralatan yang akan digunakan dalam operasi penyelamatan (inventarisasi alat), seorang petugas logistik harus mampu, paham dan mengerti semua peralatan baik itu nama, jenis dan speksifikasi peralatan yang akan  digunakan agar tidak ada salah komunikasi atau salah dalam penyiapan alat sehingga akan memakan waktu dalam penyelamatan.

Petugas Hazard control dan ventilasi

Petugas ini bertanggung jawab dengan memberikan rasa aman pada tim dan rescuer dengan mengecek apakah masih terdapat bahan-bahan berbahaya dan beracun disekitar atau di dalam ruang sempit, petugas hazard control juga menyediakan ventilasi yang baik ke dalam ruang sempit untuk memudahkan rescuer masuk ke dalam ruang sempit dengan berkordinasi dengan safety officer dan logistic, seperti peralatan ventilasi yang akan digunakan. Petugas ini juga mengontrol bahaya listrik dan ledakan yang sering dijumpai di ruang sempit.

Petugas Dekontaminasi

Petugas ini diperlukan jika dalam informasi awal dari TKP, ruangan sempit terdapat banyak Bahan-bahan berbahaya dan beracun, maka tim dekon berfungsi memeriksa dan memastikan TKP  dan Tim aman dari B3

 

Petugas suplai udara

Sebagai petugas yang  bertanggung jawab dengan pasokan udara untuk rescuer yang sesuai, baik itu tekanan dan jumlah yang di butuhkan yaitu dengan menyiapkan peralatan SCBA dan mengontrol tekanan dan isinya agar semua petugas rescuer dapat di deteksi sampai berapa lama mereka ada di dalam ruangan sempit.

Rescuer

Petugas inilah yang akan masuk kedalam ruangan sempit (minimal 2 orang), petugas ini harus yang benar-benar terlatih dan bersertifikat, rescuer harus mampu membaca segala perkembangan di dalam ruangan sempit dan menginformasikan ke IC. Pelatihan yang kontinyu akan bermanfaat untuk operasi penyelamatan.

Rescuer cadangan/back up

Rescuer ini berjumlah sekurang-kurangnya 2 orang dan  bersiap-siap di luar/atas ruangan sempit, serta masuk kedalam jika benar-benar dibutuhkan, diantaranya : jika tim rescue pertama ada kendala di dalam sehingga memerlukan dengan cepat petolongan, dan tim rescue pertama sudah melewati batas waktu yang di tentukan namun korban belum ditemukan/dievakuasi.

Petugas Medis

Petugas Medis ini bertanggung jawab dengan memberikan pengawasan kepada Tim terlebih lagi kepada Rescuer yang akan masuk ke ruang sempit, apakah secara medis dan mental rescuer siap masuk kedalam area bahaya atau secara medis dan mental rescuer tidak siap masuk kedalam ruang sempit. Petugas medis juga siap memberikan rehabilitasi dan perawatan medis kepada korban  apabila telah berhasil dikeluarkan dari ruang sempit sampai korban di transportasikan ke rumah sakit.

Petugas Tali temali

 Petugas tali temali lebih dari 2 orang dengan tanggung jawab semua ikatan dan simpul untuk mengatur dan mengelola sistem penyelamatan (tripots/anchor), yaitu menjamin keamanan rescuer yang masuk/turun keruang sempit.

 

3 jenis teknik penyelamatan di ruang sempit:

1.     Tidak perlu masuk/turun

  1. Masuk/turun dengan orang lain
  2. Tim rescue masuk/turun   

 

1.     Tidak perlu masuk/turun

Rescuer tidak perlu masuk ke ruang sempit, petugas dapat menggunakan tali atau winch, tehnik ini dipakai apabila korban masih terlihat serta dapat di ajak berkomunikasi dan dapat ditarik karena masih korban dapat menjangkau  alat yang di lemparkan misalnya : kayu, besi,tali, winch dan lain-lain

2.     Masuk/turun dengan orang lain

Rescuer masuk/turun keruang sempit dengan petugas/karyawan dari perusahaan.  Karyawan harus paham dan mengerti dengan kondisi di dalam ruang sempit, karyawan sebagai pemandu rescuer untuk menggapai/mencari korban. Harus dipastikan bahwa karyawan yang menjadi pemandu harus kayawan terlatih dan benar-benar memahami kondisi ruang sempit tersebut.

3.     Tim Rescue masuk/turun

Disini Rescuer masuk/turun tanpa di temani oleh petugas/karyawan setempat, hal yang perlu diperhatikan disini untuk tim penyelamat adalah, tim penyelamat harus yang  terlatih dan bersertifikat, baik itu masuk kedalam ruang sempit maupun  pengetahuan tentang MFR (Medical First Responder)  lalu rescuer harus memakai APD dan peralatan yang lengkap sebab medan di dalam ruang sempit tidak dapat dipastikan dan informasi dari karyawan di TKP terkadang tidak lengkap (tidak sampai pada kondisi di dalam ruang sempit).

 

Tipe Penyelamatan

1.     Ofensive

  Korban masih hidup/sadar  

  Kompleksitas penyelamatan

  Bahaya yang diketahui dan apakah dapat dikontrol atau tidak

  Sumber daya yang tersedia untuk menyelamatkan (kesiapan tim : latihan dan jam terbang dalam penyelamatan

  Insiden stabilisasi yang cepat dan kemungkinan perubahan rencana  

Pada tipe ini tim penyelamat dapat langsung masuk/turun kedalam, karena keadaan mendesak serta  tim dalam keadaan  siap

 

2.     Defensive (body recovery)

  Tidak ada kemungkinan kehidupan korban, area sangat berbahaya (B3)

  Kompleksitas penyelamatan

  Kondisi berbahaya masih ada

  Minim sumber daya yang tersedia (belum/jarang latihan, minim jam terbang dan lain-lain)

Tipe ini tidak memungkinkan tim masuk/turun kedalam, karena hanya akan menambah korban baru di dalam.

 

Kegagalan pada operasi penyelamatan biasanya di karenakan oleh :

  Kegagalan untuk memahami lingkungan

Kurang informasi/tidak ada informasi kalaupun ada tidak paham dengan informasi yang ada

  Masalah medis tambahan yang tidak dianggap

Tidak menyiapkan tim medis, misalnya : RJP, Oksigen, Peralatan first aid, bidai,  neckoler, tandu dan lain-lain

  Keterampilan penyelamat yang tidak memadai

Tidak/jarang latihan masuk keruang sempit

  Kurangnya kerja sama tim atau pelatihan dan pengalaman

Kurangnya latihan sehingga kerja sama tim kurang bagus, jam terbang minim sekali.

  Meremehkan logistik

Petugas tidak paham/mengerti peralatan, sehingga tidak sesuai peruntukannya atau salah mengambil alat sehingga banyak waktu terbuang

  Penyelamatan recovery tidak dianggap

 Setelah korban dikeluarkan/diangkat, tidak diberikan pertolongan basic life suppord

  Tidak menguasai Peralatan

Tim Penyelamat tidak mengerti dan memahami peralatan, sehingga pekerjaan membutuhkan waktu lama

 

PEDOMAN TAKTIS

Setelah tim penyelamat menerima laporan dari TKP bahwa ada korban yang terjebak di dalam ruang sempit, IC langsung menggali laporan dari TKP (pre Size-up) yaitu mencari tahu berapa korban di dalam ruang sempit, sudah berapa lama korban di dalam (kondisi terakhir korban, sadar/tidak sadar), tindakan medis yang diperlukan, bahaya yang ada di TKP (udara, B3, listrik, ledakan dan lain-lain), letak dan karakteristik ruangan sempit. Setelah itu IC memerintahkan tim untuk menyiapkan peralatan dengan  menyesuaikan informasi dari TKP hasil dari penggalian tadi.

                       

I)         Tahap I. Size Up

A.    PENILAIAN UTAMA/PRIMER

·  Mengamankan karyawan diTKP atau saksi kecelakaan untuk menentukan dengan tepat apa yang terjadi.

·  Penilaian langsung dari bahaya di TKP.

·  Jika tidak ada saksi,  IC harus mencari petunjuk di tempat kejadian yang dapat menunjukkan apa yang telah terjadi.

·  Penilaian korban harus dilakukan.

·  Perintah harus menentukan berapa banyak korban.

·  IC mencari informasi berapa lama korban telah masuk/turun, mekanisme cedera, dan profil  korban.

·  IC harus membuat keputusan awal apakah operasi akan dilakukan sebagai penyelamatan atau pemulihan.

·  Membangun komunikasi dengan korban sesegera mungkin.

·  Cari informasi pada pengawas perusahaan dan semua informasi lainnya tentang ruang sempit/tempat kejadian.

B.    PENILAIAN SEKUNDER

1.     Ruang  Sempit

·  IC harus menentukan jenis ruang sempit tempat kejadian.

·  Produk apa yang  disimpan atau digunakan di ruang sempit ini.

·  Bahaya apa yang akan di hadapi : listrik, mekanik, energi yang tersimpan dan lain-lain.

·  Lokasi dan jumlah korban yang terkena dampak.

·  Gambar ruang kejadian, termasuk poin dari masuknya dan juga jalan keluar.

·  Stabilisasi ruang sempit tempat kejadian.

·  Bahaya bahan yang menguap.

·  Mendapatkan salinan pekerjaan korban pada ruang sempit tempat kejadian.

 

 

 

2.     Memulai menyiapkan Personil dan Peralatan

·  IC menyiapkan  petugas terlatih di tempat kejadian untuk melakukan penyelamatan / recovery.

·  IC memerintahkan petugas logistik menyiapkan semua peralatan yang diperlukan dan melayani semua petugas yang membutuhkan peralatan

·  Logistik mempersiapkan peralatan yang tepat di tempat kejadian untuk operasi penyelamatan yang aman secara lengkap. namun tidak terbatas pada:

ü  Peralatan pemantauan atmosfir.

ü  Peralatan pencahayaan.

ü  Peralatan komunikasi.

ü  Self-Contained Breathing Apparatus (SCBA) dan DSU

ü  Sistem pencarian Korban / peralatan (sked, stoke, system,tali, thermal imaging camera dan alat pencarian lainnya).

ü   

II)           Pra-Masuk/turun  Operasi

·       Membuat TKP Aman

ü  Membangun perimeter

ü  Ukuran perimeter harus ditentukan oleh kondisi atmosfir, arah angin, ukuran dan bentuk ruang.

ü  Menghentikan atau mengalihkan lalu lintas di sekitar area.

ü  Membangun ventilasi jika diperlukan.

ü  Menetapkan semua petugas untuk operasi sesuai tugasnya.

·       Membuat Tim Rescue Aman

ü  Hazard control wajib melakukan pengujian atmosfir dalam ruang untuk menentukan tingkat oksigen, mudah terbakar, dan toksisitas. Berdasarkan pembacaan, Hazard kontrol harus melaporkan kepada safety officer, dengan menggunakan alat pelindung diri. Instrumen yang digunakan untuk memantau ruang terbatas harus memiliki:

1.     Audio alarm

2.     dikalibrasi untuk 10% dari LEL gas calibrant.

3.     Apakah audio-alarm ditetapkan pada:

a.     oksigen kekurangan: 19,5% dan oksigen pengayaan: 23,5%

b.     mudah terbakar: 10% alarm set

c.     Toksisitas: karbon monoksida 35 ppm dan 10 ppm hidrogen sulfida

4.     Untuk setiap pembacaan oksigen di bawah 12%, IC harus          mengakui bahwa membaca LEL tidak akan akurat.

5.     Safety officer harus memberikan perintah pembacaan atmosfer pada waktu yang tepat.

ü  Utilities, termasuk listrik, gas dan air harus diamankan dan dikunci.

ü  Setiap produk yang ada di atau mengalir ke dalam ruang terbatas harus diamankan dan blanked off jika memungkinkan.

ü  Setiap manufaktur atau peralatan pengolahan harus ditutup sebelum masuk. Semua peralatan yang terlibat dalam operasi ruang terbatas harus dikunci dan dijaga dalam keadaan energi nol sampai operasi dihentikan.

ü  Struktur ruang terbatas harus dievaluasi. Semua kegiatan yang dilaksanakan harus  menjamin stabilitas struktur ruang.

 

·       Ventilasi

ü  IC menetapkan petugas  Ventilasi.

ü  Sektor Ventilasi harus berkonsultasi dengan safety officer dan  Hazard kontrol untuk menentukan jenis yang tepat ventilasi untuk ruang sempit.

ü  Sektor Ventilasi harus mempertimbangkan efek pada atmosfer apakah menggunakan ventilasi tekanan positif atau negatif (yaitu, menambah atau mengurangi atmosfir terbakar). Ini bisa memerlukan ventilasi baik positif maupun negatif.  didasarkan pada kepadatan uap atau berat molekul produk.

ü  Petugas Ventilasi  dapat mempertimbangkan ventilasi tekanan negatif jika hanya ada satu titik masuk. Pemantauan atmosfer akan diminta untuk memastikan lingkungan tidak akan meledak karena uap habis di area ruang sempit.

o   Petugas ventilasi  juga harus mempertimbangkan efek knalpot pada operasi.

 

III)Masuk/turun ke ruang sempit.

·       Setelah area TKP dinyatakan aman oleh safety officer (dengan masukan dari hazard control) petugas tali temali mempersiapkan ikatan-ikatan yang di perlukan (rigging/tripot/seling tali) untuk rescuer turun/masuk ke dalam ruang sempit.

·       Safety officer memeriksa kesiapan tali-tali (ikatan dan simpul), tripot, ventilasi dan APD rescuer. Setelah petugas safety officer menyatakan siap, IC memerintahkan rescuer (2 orang) untuk masuk/turun pada ruang sempit, sementara rescuer cadangan (back up) siap sewaktu-waktu harus masuk/turun keruang sempit.

·       Seleksi  Personil

ü  Personil yang terlatih dan siap mental yang dapat masuk ruang sempit begitu juga dengan  back-up personil.

ü  Komando harus memastikan bahwa personil back-up stand-by setiap saat ketika tim masuk/turun ke ruang sempit.

·       Seleksi Personil dan Peralatan Proteksi

ü  Semua Rescuer yang masuk/turun harus memakai APD lengkap.  Mencakup jenis penyelamatan minimal kwalifikasi kelas III seperti : helm, sarung tangan, sepatu yang tepat, pelindung mata dan perlindungan kulit yang tepat.

ü  Semua rescuer dan cadangan akan mengenakan SCBA ketika siap masuk ke ruang sempit. SAR (disediakan respirator udara) diperbolehkan jika tersedia silinder untuk keluar.

ü  Jika rescuer menggunakan SCBA, mereka masuk minimal 20 menit working duration.

ü  Rescuer masuk/turun membawa alat pendeteksi panas (thermal imaging camera)

ü  Rescuer masuk menggunakan perangkat pemantauan udara secara terus menerus selama berada di dalam ruang sempit.

ü  Rescuer masuk menggunakan harness dan tag keamanan.

·       Ketika rescuer masuk/turun, safety officer terus memantau vantilasi, tripots (rigging) dan tekanan udara pada SCBA. IC terus berkomunikasi dengan rescuer tentang perkembangan yang ditemui di dalam ruang sempit. Sementara petugas medis telah siap dengan peralatannya.

·       Komunikasi dan Lighting

ü  Jika ruang sempit adalah ruang yang mudah terbakar, rescuer harus memiliki peralatan komunikasi intrinsik aman dari penyalaan/ledakan. Jika peralatan  tidak tersedia, safety officer dapat memutuskan untuk menggunakan tag line untuk komunikasi atau pesan berantai.

ü  Jika rescuer memasuki/turun ruang tertutup gelap, safety officer harus memastikan bahwa jenis yang tepat dari pencahayaan yang digunakan, agar tidak terjadi penyalaan/ledakan. Jika tidak tersedia, maka lampu jenis cylume harus digunakan oleh tim rescuer.

IV)       Orientasi pada Ruang Sempit

·       Sebelum masuk/turun ke ruang sempit, safety officer akan menyediakan semua diagram dan informasi terkait tata letak ruang dan kemungkinan korban berada, untuk tim rescuer.

·       Semua rescuer dan rescuer cadangan, IC serta safety officer harus mengerti akan rencana aksi dan rencana cadangan sebelum masuk.

·       Penyelamatan bisa saja tidak sesuai rencana, tergantung pada dinamika di dalam ruang sempit. Ini bisa menjadi bahaya yang sering tidak terduga. Seluruh tim harus siap dengan rencana cadangan lainnya.

 

V)        Menemukan Korban

·       Rescuer terus berkomunikasi kepada IC jika menemukan hal-hal membahayakan atau kendala-kendala di dalam, sampai pada rescuer mendapatkan korban, rescuer mengkomunikasikan kepada IC tentang keadaan korban, apakah masih hidup (sadar/tidak sadar), IC memerintahkan kepada rescuer untuk melakukan pengikatan pada korban namun bila waktu memungkinkan rescuer dapat mengadakan langkah-langkah penilaian dini  pada korban

·       Jika memungkinkan, tim rescuer masuk dengan membawa pasokan udara untuk korban bernapas.

·       Penyelamat tidak boleh memberikan alat bantu pernapasan mereka kepada korban.

 

VI)       Menilai Kondisi Korban

·       Setelah mencapai korban, Tim rescuer harus melakukan survei primer langsung.

·       Penilaian dini : Tentukan Kesan Umum ( Trauma / Medis ), Pemeriksaan Respon, Memastikan Jalan Nafas terbuka, Menilai Pernapasan ( LDR ), Menilai Sirkulasi dan menghentikan perdarahan (bila ada)

·       Jika sesuai, pengobatan harus segera dilaksanakan di tempat.

·       Jika diindikasikan  praktis dan lengkap tindakan pencegahan C-spine harus diambil.

 

VII)                Evakuasi korban

·       Setelah korban benar-benar sadar dan jalan nafas sudah baik (stabil), rescuer dapat melanjutkan dengan pemindahan korban ke tempat aman

 

VIII)              Sistim Pemindahan Korban

·       Sebelum evakuasi korban, tim rescuer harus menentukan metode yang tepat untuk pemindahan. Ini mungkin termasuk sistem jarak vertikal atau horisontal terbuat dari tali, katrol, dan perangkat keras lainnya, dengan minimal 2: 1 keuntungan mekanis.

 

IX)           Transportasi ke Rumah Sakit

·       Segera setelah rescuer dan korban mencapai jalan keluar,  petugas medis langsung mengambil peran dari rescuer dan mengadakan rehabilitasi dengan perawatan medis .

·       Jika korban terkontaminasi dari B3, petugas Dekontaminasi dan koridor harus diatur dan digunakan sebelum transportasi korban ke rumah sakit.

·       Bila korban dapat dinyatakan stabil maka langkah selanjutnya adalah mentransportasikan korban kerumah sakit terdekat

 

X)          Inventarisasi Personil dan Peralatan

·       Personil

ü  IC mengecek semua personil, mulai dari Rescuer, Rescuer cadangan, safety officer, logistic, hazard control, petugas tali/tipots, petugas dekontaminasi dan lain-lain.

·       Peralatan

ü  peralatan dan perlengkapan yang digunakan untuk penyelamatan / recovery. Jika ada yang hilang, IC dapat mempertimbangkan meninggalkan peralatan dan perlengkapan di tempat untuk keperluan investigasi.

ü  Jika personil masuk/turun dan  telah terkontaminasi selama operasi, prosedur dekontaminasi yang tepat harus diikuti termasuk peralatannya sebelum menempatkan peralatan kembali ke Unit.

·       Amankan TKP

ü  Sebelum menyerahkan TKP ke pihak yang bertanggung jawab, salah satu pengecekan  akhir dari atmosfer harus diambil dan dicatat. IC dapat mempertimbangkan menutup TKP jika situasi menentukan itu.

ü  IC dapat  memberikan pertimbangan, pembekalan dan kritik kepada pemilik perusahaan.

 

XI)       Pertimbangan tambahan

·       Membangun komando

ü  Membangun sistim komando yang berjenjang sesuai dengan pekerjaannya

ü  IC dapat menetapkan untuk diisolasi dari ruang terbatas/sempit.

·       Pertimbangan kondisi cuaca

ü  Panas. Mempertimbangkan pergantian tim terutama tim rescue

ü  Dingin. Mempertimbangkan efek dari hipotermia pada rescuer dan korban.

ü  Hujan. Mempertimbangkan efek hujan pada daerah bahaya (genangan dan becek).

ü  Waktu Hari. Apakah ada pencahayaan yang cukup untuk operasional memperluas pada malam hari?

·       Pertimbangkan efek pada keluarga, teman-teman, keluarga untuk diberitahu.

·       Pertimbangkan media berita; menetapkan humas untuk bicara dari satu sumber.

·       Pertimbangan untuk memanggil polisi apalagi jika ada kematian.

 

 

Kunci dari keberhasilan operasi penyelamatan adalah latihan yang rutin dengan berbagai medan yang beragam, yang sangat berguna untuk membuat tim semakin solid,  bertambah pengalaman dan dapat mengerti serta memahami peralatan dengan baik, itulah kunci keberhasilan  setiap operasi penyelamatan yang sesungguhnya.

Demikian prosedur penyelamatan di ruang sempit ini kami sajikan, semoga bermanfaat buat semua petugas penyelamat, kritik serta saran sangan kami butuhkan, terima kasih.

 

 

Setiap operasi penyelamatan akan berbeda-beda dalam penanganan dan waktu yang ditempuh,  sering sekali ada dinamika yang berkembang dalam operasi penyelamatan, tim penyelamat terutama IC dan safety officer harus mampu berimprovisasi dengan pengalaman-pengalaman yang pernah di laksanakan, Kunci dari keberhasilan operasi penyelamatan adalah latihan yang rutin dengan berbagai medan yang beragam, itu sangat berguna untuk membuat tim semakin solid,  bertambah pengalaman dan dapat mengerti serta memahami karakteristik peralatan dengan baik, itulah kunci keberhasilan  setiap operasi penyelamatan yang sesungguhnya.

Demikian prosedur penyelamatan di ruang sempit ini kami sajikan, semoga bermanfaat buat semua petugas penyelamat, kritik serta saran sangan kami butuhkan, terima kasih.

 

 

 

 SUMBER REFERENSI

American National Standards Institute, (1989). Safety Requirements for Confined Spaces, (ANSI 2117.1). New York: Author.

 

Bentivoglio, J. (1998, July). OSHA’S confined space Standard: What is Really Required of Fire/Rescue Agencies? Fire Engineering, p. 105.

 

Bowman, J. (1993, March-April). 29 CFR 1910.146, Permit Required Confined Spaces: Rescue

Responsibilities and Training Requirements. Industrial Fire Safety, p. 23.

 

CMC Rescue, Inc. (1996) Confined Space Entry and Rescue (p. ii-xv and 6-17) Santa Barbara, California: Author

Gallagher, T and Storment, S. (1994, July-August). Confined Space Rescue Part II: Atmospheric Hazards. Rescue (pp: 57, 58).

National Fire Protection Association, (1997) NFPA 1500: Standard on Fire Department Occupational Safety and Health. (1997 ed.). Quincy, MA: Author

 

_______. (1997). NFPA 1670: Standard on Operations and Training for Technical Rescue Incidents. (1999 ed.). Quincy, MA: Author.

 

_______. (1997) NFPA 472. Standard for Professional Competence of Responders to Hazardous Materials Incidents. (1997 ed.). Quincy, MA: Author.

 

_______. (2000) NFPA 1006: Standard for Rescue Technician Professional Qualifications. (Draft ed.). Quincy, MA: Author.